Yang lagi Hits

Sunday, September 27, 2009

Pidato Ahmadinejad di Amerika: Iran Mitra Potensial Amerika

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengimbau Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama untuk memandang Iran sebagai rekan yang potensial. Dirinya juga menyatakan akan memberi pengampunan bagi tiga pendaki gunung asal AS yang tersesat melintasi perbatasan Iran.

Dirinya juga Dalam wawancara dengan Associated Press, Selasa (22/9), pemimpin Iran tersebut mengharapkan sebuah diskusi yang bebas dan terbuka dalam pembahasan permasalahan nuklir pada pertemuan yang sedianya digelar minggu depan bersama enam negara besar yang lain. Namun demikian, ia menegaskan bahwa Iran tidak akan bernegosiasi dalam rencana-rencana pengembangan proyek nuklir negaranya.

Dia mencoba membuka dialog nuklir dengan negara barat dan menyatakan pertanggungjawaban ada pada pihak AS dan pada negara-negara besar dalam menyerahkan senjata mereka dan melebarkan kesempatan bagi semua negara untuk menggunakan teknologi nuklir secara damai.
Dia telah membubarkan rencana AS minggu lalu dalam membangun perisai antirudal jarak jauh di Eropa, yang ditujukan sebagai pelindung melawan serangan Iran, sebagai langkah bijak menanggapi keberatan pihak Rusia. “Saya mendengar Obama mengatakan ancaman berikutnya adalah Iran. Iran adalah sebuah kesempatan bagi siapa saja,” ujar Ahmadinejad.
Pernyataan pemimpin Iran dan permasalahan yang lain turut dibahas dalam wancaranya di sebuah hotel di New York, hanya berselang beberapa jam setelah kedatangannya di AS. Hal ini tampaknya direncanakan sebagai lambang bahwa negaranya terbuka dengan dialog internasional dan dalam rangka memperbaiki pandangan mengenai Iran yang dikenal dengan negara keras berlandaskan oleh revolusi Islam.
Pimpinan Iran tersebut berada di New York untuk mengikuti pertemuan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang juga dihadiri Obama. Ahmadinejad, Rabu (24/9), menyampaikan pidato yang banyak disimak para pemimpin negara lain. Penampilan pemimpin Iran itu terjadi pada saat negara-negara kuat dunia sedang mencari cara untuk membujuk Iran ikut dalam perundingan membahas ambisi nuklirnya.
Para ketua diplomat dari AS, Rusia, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Inggris, dan Prancis di samping Jerman, dijadwalkan bertemu tak lama setelah pemimpin Iran itu berpidato, di satu ruang pertemuan PBB tak jauh dari tempat sidang umum.
Pidato Ahmadinejad disimak oleh para pemimpin lain dunia, yang banyak di antara mereka khawatir program nuklir Iran bertujuan untuk kepentingan militer, meskipun hal itu berkali-kali dibantah oleh Teheran.
Sementara itu, enam negara kuat akan berusaha untuk mengkoordinasikan titik pandang mereka dalam persiapan untuk dilanjutkannya dialog dengan Iran, pada 1 Oktober, di kota tepi danau Swiss, Jenewa.
Pertemukan Pandangan

Mereka berharap bisa mempertemukan pandangan AS dan Eropa, yang sedang berusaha mencari sanksi baru jika Iran terus melanjutkan program pengayaan uraniumnya dan bertindak lebih berhati-hati atas sikap Rusia dan RRT.
Javier Solana, Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, mengatakan bahwa dia berharap bisa dihasilkannya satu pernyataan konsensus mengenai Iran, tanpa mengurangi substansinya. AS, setelah mengulurkan tangan persahabatan kepada Iran pada musim semi lalu, masih menunggu PBB mendapatkan mitra mereka berkaitan dengan masalah itu.
Sementara itu, Menlu AS Hillary Clinton dijadwalkan mengatasi masalah itu Selasa malam dengan koleganya dari Uni Eropa dan Organisasi Perjanjian Pertahanan Atlantik Utara (NATO)
Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki, Selasa (22/9), kembali menyampaikan penolakan Teheran untuk membahas program nuklirnya yang dicurigai dan menyeru AS untuk bersedia kompromi.
Komentar Mottaki muncul dalam pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Jepang Katsuya Okada, di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB. “Rakyat Iran menghormati dialog, namun kami tak bersedia untuk membicarakan hak-hak kami,” kata Mottaki kepada Okada, menurut seorang pejabat tersebut yang enggan disebut namanya.
Sementara itu, ketiga pendaki gunung AS yang akan diampuni Ahmadinejad telah ditahan selama 53 hari sejak mereka tersesat ketika mendaki di kawasan Kurdistan bagian utara Irak pada Juli lalu. Kasus tersebut telah menjadi sumber permasalahan terbaru antara AS dengan Iran.
Dalam wawancara itu Ahmadinejad juga dikonfirmasi mengenai masalah wartawan Iran-Kanada, Maziar Bahari, yang pada saat itu sedang bekerja untuk majalah Newsweek. Ia ditangkap ketika meliput kekerasan sosial di Iran pascakerusuhan pemilu presiden pada Juni lalu. Ahmadinejad tidak melontarkan jawaban dalam menanggapi hal itu dan ia hanya membatasi pernyataannya seputaran kasus ketiga pendaki gunung.
Duta besar Iran untuk misinya di PBB, Mohammad Khazee, menyatakan dirinya berharap kasus Bahari, nantinya juga akan bisa diselesaikan. (Investor)


0 comments:

Post a Comment